Sabtu, 18 Februari 2012

tentang 14 february sampai 15 february 2012


Ngomongin tentang valentine, aku akan bercerita dulu tentang sahabat lamaku. Masih ingat dia kan? Kalo udah lupa, buka lagi postingan tahun 2011 tentang ‘mas-mas aneh’. Ingat? Hahahahaha
Ga biasa-biasanya, dia minta tolong ke aku. Aku dan dia sebenarnya udah jarang berkomunikasi sekarang. Dia yang lagi sibuk buat UN jadi ga punya waktu untuk main-main. Membuat jarak diantara kami semakin renggang.

Namun jarak itu dirapatkan kembali ketika dia mulai sms aku duluan. Bercerita tentang kesibukannya. Bercerita tentang kehidupannya. Tentang cowoknya. Dan aku juga mulai menceritakan semua yang mengganjal di hati aku ke dia *apa lagi kalo bukan nyeritain yasai? :-)
Dan akhirnya, dia minta tolong juga. Karna dua hari lagi valentine, aku dimintain tolong buat nitip beliin coklat, of course buat cowoknya. Dan sewaktu dia tanya berapa harganya, dia kaget sedikit dan bilang ‘buseeet, mahal amat? ya udah deh buk di, namanya juga cinta, gapapa deh’
Aku jadi langsung mikir kalau : cinta itu terkadang mengalahkan pikiran dan tindakan, dan justru malah membenarkan rasa.

Sebenernya, aku males banget dimintain tolong buat ngebeliin dia coklat ini. Bukan, bukan karena aku pelit ga mau pake uang aku dulu. Tapi karena ngebeli coklat ini membuat aku berpikir bahwa aku ga punya siapa-siapa yang bersikap ke aku seperti sahabatku ke cowoknya.
Jangan pikirin kalau aku Cuma pengen dapet coklat di hari valentine. Bukan. Aku Cuma pengen bersama orang yang aku sayang di hari itu. Yang bisa aku beri perhatian, yang bisa aku kasih coklat. Dan hal ini bikin aku sesak, kenapa? karna aku tau cintaku sekarang masih belum jelas, karna semua permohonan menunggu itu.
Sambil ngeliatin coklat itu, aku berpikir betapa enaknya kalau aku punya pacar. Hahaha pikiran aneh memang. Aku ambil coklatnya satu lagi buat diriku sendiri, buat dimakan sendiri. Mungkin separoh dibagi buat adekku dirumah.
Peristiwa ini membuat aku sadar, bahwa selama ini, dengan semua postingan-postingan galau tentang yasai itu, aku mendapatkan jawaban paling logis yang pernah ada. Bukan yasai sebenarnya yang lagi nunggu, tapi aku.
Aku menunggu kapan aku siap untuk jujur ke orang-orang lain disekitar aku bahwa aku sayang sama dia. Aku ga tau kenapa aku kejam banget sebelumnya. Aku ngerasa kejam banget nutup-nutupin perasaan aku ke dia dari orang lain. 
Sungguh, aku tulus ke dia. Aku ga pernah dan ga akan pernah mencoba melihat kekurangan-kekurangan dia. Karna aku tau dengan sangat jelas kalau dia ga pernah sama sekali melihat kekurangan-kekurangan aku. 
Hahaha, hidup memang kejam terkadang, tapi ga ku sangka ternyata aku terlalu kejam ke dia. Aku terlalu mengkhawatirkan dia. Khawatir kalau aku bersikap terlalu lamban. Terlalu lama bikin dia nunggu. Aku khawatir dia bosan. Aku khawatir akan ada gosip-gosip aneh tentang dia yang mau-maunya aja di gantung begitu sama aku. Aku khawatir perasaan dia udah berkurang disaat aku justru sedang lebar-lebarnya membuka hati buat dia. Aku takut dia berpikir kalau aku ini jahat. Aku takut dia akhirnya capek. Aku khawatir dia pergi. Aku terlalu khawatir tentang banyak hal.
Bolehkah aku ‘menggombal’ sedikit disini? Mencintai kamu adalah hal paling mudah yang aku lakukan seumur hidup. Tapi sejujurnya itu sama sekali bukan gombalan. Sejauh apapun aku pergi, hatiku selalu kembali padanya, mataku selalu kembali melihat dia, masih sama seperti dulu, aku masih heran sama mataku yang bertindak lebih dulu dari otakku.
Kenapa di paragraf sebelumnya aku bilang kalau sekarang, aku yang sebenarnya sedang menunggu? Itu karna aku berharap mendapatkan pertanyaan darimu, tapi kamu tetap membisu, membuatku lebih lama menunggu. Aku udah lama mengirim sinyal-sinyal agar kamu segera bertanya, seperti kalimat-kalimatku yang “banyak banget sih nanya nya? Masih ada lagi gak?” atau “kok tumben hari ini kamu ga nanya ke aku? Biasanya kan kamu banyak nanya?”.  Atau perasaan konyol yang kurasain ketika tau kamu ngebaca semua isi blog ini, artinya secara terang-terangan aku udah memberi jawaban yang selama ini kamu tunggu-tunggu. Ga sadar ya? Hahaha, itu semua agar kamu segera bertanya, ‘hubungan kita ini sebenarnya udah gimana sih?’.....
Sejak aku bilang kalau aku ga pengen lagi ngegantung kamu, aku benar-benar sedih. Ga kuat lagi nampung air mata. Tapi ketahuilah, tangis adalah pintu pelepasan bagi sesuatu yang tak layak disimpan. Aku ga mau menyimpan perasaan bersalah ini terus-terusan ke kamu, jadi kali itu aku memang sebaiknya menangis.
Bukannya aku Cuma pengen mengharapkan kamu yang ngomong duluan, aku udah berkali-kali mencoba. Tapi aku ga bisa. Selalu gagal. Hahaha perasaanku ini mungkin terlalu sederhana, sampai-sampai kata-kata menjadi terlalu sulit untuk mengungkapkannya.
Aku udah mencoba berkonsultasi ke beberapa orang, dan jawaban mereka selalu sama. Aku harus mengirim sinyal-sinyal duluan. Sinyal apalagi yang harus kukirim? Kesel juga emang, tapi mereka ga perlu tau kalau selama ini aku udah ngirimin sinyal-sinyal yang percuma.
Dan aku benar-benar bersyukur akhirnya pertanyaan itu FINALLY keluar dari mulutmu. Pengen kubanting-banting kamu waktu itu. Aku marah. Sedih. Lega. Bahagia. Semuanya campur aduk. :-)
AND NOW, Ladies and gentleman, hardiani’s now off the market. She’s taken!!! Rabu, 15 february 2012 pukul 16.45, kita jadian. Jadian. Jadian? Oh my! Kita jadian!!!

Aku, bener-bener bahagia saat itu. Makasih karna kamu mau menyukai aku ini. J

-hardianiprima-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.